“Problem Solving in Organizations: Problem Solving in Organizations: Navigating Challenges for Success”
Disusun oleh :
Nama : Karolus Agustino Don Bosko Rabu
NPM : 22111300005
Universitas PGRI Yogyakarta
2023/2024
Pendahuluan:
Secara sederhana, masalah merupakan perbedaan antara harapan dan kenyataan serta perbedaan antara harapan dan kemampuan. Harapan yang tidak sama – lebih tinggi atau lebih rendah – dari capaian merupakan masalah. Apabila harapan lebih tinggi dari kenyataan itu berarti tidak mencapai target, tidak bekerja maksimal dan tidak memanfaatkan peluang yang ada. Sementara harapan yang lebih rendah dari capaian menjadi masalah karena itu berarti harapan yang ditetapkan terlalu sepele, terlalu ringan, kurang menantang dan karena itu perlu ditingkatkan.
Menurut Greeno (1978) dalam pandangan para psikolog aliran Gestalt pemecahan masalahdikonseptualisasikan sebagai proses pengorganisasian kognitif seseorang. Namun dalam penilaian Greeno, walaupun penelitian para psikolog aliran Gestalt ini menghasilkan berbagai contoh menarik tentang proses-proses berpikir, penelitian itu sendiri kurang menghasilkan prinsip-prinsip yangdapat dikembangkan menjadi satu satuan teori yang padu.
Kaum behavioris juga melakukan banyak analisa terhadap pemecahan masalah, namun mereka lebih menekankan pada perlunya pemecah masalah (problem solver) menampilkan beragam respon dan peningkatan kemungkinan memberikan respon yang tidak biasa. Hal ini penting karena, dalam pandangan kaum behavioris, pemecah masalah yang berhasil sesungguhnya adalah mereka yang mampu memberikan respon yang semula tidak mungkin. Kaum behavioris memang berhasilmengidentifikasi kondisi-kondisi yang menghambat atau mendukung pemecahan masalah, namun kurang menyajikan analisa substantif tentang unsur-unsur kinerja pemecahan masalah yang dapatdijadikan modal pengembangan teori yang lebih luas dari sekedar konsep-konsep abstrak pada arah yang paling umum.
Adanya masalah dalam dunia bukan suatu hal yang baru, dimana kehidupan manusia kurang menarik jika tidak pernah dihadapkan dengan masalah. Tentunya hadirnya masalah mengharuskan manusia untuk mengarah menuju pemecahan masalahnya. Pemecahan masalah yang dikenal sebagai “problem solving”. Problem solving sangatlah luas dan mencakupi banyak konteks dalam kehidupan manusia. Diantaranya yang dibahas disini mengenai “problem solving in organization”.
Pemecahan masalah adalah keterampilan penting dalam lingkungan organisasi, karena memainkan peran sentral dalam mengatasi hambatan, meningkatkan efisiensi, dan mencapai hasil yang diinginkan. Dalam era bisnis yang terus berkembang dengan cepat saat ini, organisasi menghadapi berbagai tantangan kompleks yang memerlukan strategi pemecahan masalah yang efektif. Dalam esai ini, kita akan menjelajahi pentingnya pemecahan masalah dalam organisasi, menyoroti masalah umum yang dihadapi, dan menyajikan pendekatan dan teknik utama untuk berhasil menyelesaikan masalah.
I. Pentingnya Pemecahan Masalah dalam Organisasi
Pemecahan masalah yang efektif adalah aspek fundamental dari keberhasilan organisasi. Ini memungkinkan bisnis untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, memanfaatkan peluang, dan mempertahankan keunggulan kompetitif. Organisasi yang unggul dalam pemecahan masalah menunjukkan tingkat inovasi, produktivitas, dan kepuasan karyawan yang lebih tinggi. Selain itu, penyelesaian masalah yang berhasil meningkatkan proses pengambilan keputusan dan membina budaya perbaikan berkelanjutan dalam organisasi.
II. Masalah Umum yang Dihadapi dalam Organisasi
1. Gangguan Komunikasi: Ketidakefektifan saluran komunikasi dapat menghambat identifikasi dan penyelesaian masalah. Salah komunikasi seringkali menyebabkan salah pengertian, konflik, dan penundaan dalam menangani masalah yang krusial.
2. Ketidakjelasan Tujuan dan Sasaran: Ketika organisasi gagal menetapkan tujuan dan sasaran yang jelas, upaya pemecahan masalah menjadi kabur dan mungkin tidak selaras dengan arah strategis organisasi secara keseluruhan.
3. Resistensi terhadap Perubahan: Resistensi dari karyawan atau pemangku kepentingan dapat menghambat upaya pemecahan masalah, sehingga sulit untuk mengimplementasikan perubahan dan perbaikan yang diperlukan.
4. Keterbatasan Sumber Daya: Keterbatasan sumber daya keuangan, manusia, atau teknologi dapat menjadi tantangan yang signifikan dalam upaya pemecahan masalah, karena organisasi mungkin kesulitan mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk mengatasi masalah yang kompleks secara efektif.
5. Interdependensi yang Kompleks: Banyak masalah organisasi saling terkait dan memiliki konsekuensi yang luas. Mengatasi masalah semacam ini membutuhkan pendekatan berpikir sistem untuk memahami penyebab-penyebab mendasar dan dampaknya pada berbagai aspek organisasi.
III. Tahap-tahap pemecahan masalah menurut para ahli
Berikut adalah tahap-tahap yang dilalui dalam pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Kast dan Rosenzweig (1985) bahwa dalam pemecahan masalah biasanya dilalui tahap-tahap berikut (p. 635-637): (1) Problem sensing, mengidentifikasi kesenjangan antara situasi yang dipersepsi dengan situasi yang diharapkan; (2). Refining the problem untuk meyakinkan bahwa anggota organisasi sepakat dan sepaham tentang batasan persoalan yang dihadapi. Misalnya, siapa yang terlibat, siapa penyebabnya, macam persoalan, tujuan penyelesaian persoalan, dan bagaimana menilai hasilnya; (3). The generation of alternative solutions, yakni bertukar pikiran untuk menganalis setiap alternatif pemecahan; (4). The evaluation phase, yang mencakup identifikasi tahapan tindakan tentatif, mengantisipasi dampak yang mungkin terjadi, merefining dan memilih solusi terbaik; (5). Planning action steps; (6). Implementing action steps; (7). Following up.
IV. Pendekatan dan Teknik untuk Pemecahan Masalah yang Sukses
1. Mendefinisikan Masalah: Mengartikulasikan masalah dengan jelas adalah kunci dalam pemecahan masalah yang efektif. Ini melibatkan pengumpulan informasi yang relevan, memahami akar penyebab masalah, dan mengidentifikasi hasil yang diinginkan.
2. Menganalisis Masalah: Melakukan analisis yang komprehensif terhadap masalah untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang penyebab dan dampaknya. Langkah ini dapat melibatkan pengumpulan data, penelitian, dan melibatkan pemangku kepentingan untuk mendapatkan sudut pandang yang beragam.
3. Menghasilkan Solusi Alternatif: Mendorong pemikiran kreatif dan menghasilkan beberapa solusi untuk masalah tersebut. Memperkuat kolaborasi dan melibatkan individu dengan latar belakang dan keahlian yang berbeda untuk mendorong ide-ide yang beragam dan inovatif.
4. Mengevaluasi dan Memilih Solusi Terbaik: Menilai kelayakan, potensi risiko, dan manfaat dari setiap solusi. Pertimbangkan sumber daya yang tersedia, kendala organisasi, dan implikasi jangka panjang dalam membuat keputusan akhir.
5. Mengimplementasikan dan Memantau Solusi: Membuat rencana tindakan dan mengalokasikan sumber daya untuk melaksanakan solusi yang dipilih. Tetapkan indikator kinerja kunci (KPI) untuk memantau kemajuan dan memastikan pencapaian hasil yang diinginkan. Pemantauan dan evaluasi yang teratur memungkinkan penyesuaian dan perbaikan sesuai kebutuhan.
6. Belajar dari Kegagalan: Upaya pemecahan masalah tidak selalu menghasilkan hasil yang diinginkan. Penting untuk melihat kegagalan sebagai peluang belajar dan menganalisis penyebabnya untuk menghindari kesalahan serupa di masa mendatang.
V. Mendorong Budaya Pemecahan Masalah
Organisasi dapat mengembangkan budaya pemecahan masalah dengan menekankan pentingnya berpikir kritis, kolaborasi, dan perbaikan berkelanjutan. Pemimpin harus mendorong karyawan untuk menyuarakan keprihatinan, memberikan saran, dan berpartisipasi dalam inisiatif pemecahan masalah. Menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif di mana ide-ide dihargai dan kesalahan dilihat sebagai kesempatan untuk tumbuh membina budaya inovasi dan ketangguhan.
VI. Kesimpulan:
Di dunia organisasi yang dinamis dan kompleks, pemecahan masalah yang efektif adalah kunci keberhasilan. Dengan mengakui pentingnya pemecahan masalah, memahami tantangan umum yang dihadapi, dan menerapkan pendekatan terstruktur, organisasi dapat mengatasi hambatan dan menggali peluang untuk pertumbuhan. Budaya pemecahan masalah yang proaktif mendorong adaptabilitas, inovasi, dan perbaikan berkelanjutan, memungkinkan organisasi untuk berkembang di tengah persaingan yang ketat.
VII. Daftar Pustaka:
Dongoran, J. (2012). Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan oleh SDM. Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, 16(2), 45-62.
Sulasamono, B. S. (2012). Problem Solving: Signifikansi, Pengertian, dan Ragamnya. Portal Jurnal Elektronik Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), 28(2), 156-165.